Selasa, 23 September 2008

Mudik euyy...

Mudik?

Suatu hal yang biasa terjadi menjelang atau saat lebaran tiba. Berbagai kalangan masyarakat bermigrasi ke kampung halamannya untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar, termasuk saya sendiri. Bagi masyarakat menengah ke bawah, berebut alat transportasi umum menjadi makanan wajib ketika mudik, seperti berebut tempat duduk di bus ataupun berebut tiket kereta api. Sedangkan masyarakat yang berpenghasilan lebih baik, dapat menggunakan kendaraan pribadi, baik kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Jalan-jalan umum, rel kereta api, dan tempat istirahat menjadi agak ramai daripada bulan sebelumnya. Maklum, suasana ini menjadi berkah tersendiri bagi siapa saja yang berusaha di sana.

Salah satu keunikan bangsa Indonesia (khususnya umat Islam di negara ini) adalah tradisi mudik yang mengakar di setiap kesempatan berlebaran. Hanya saja banyak hal yang harus diperhatikan seperti berlalu lintas, membelanjakan harta untuk keperluan berlebaran, dan kepentingan lainnya agar lebaran kali ini dan hari-hari setelahnya dapat memberikan arti penting bagi umat islam dan bangsa Indonesia, betapa indahnya silaturahmi dan saling menghormati antarsesama manusia.

Senin, 22 September 2008

Cobalah untuk Paham dengan Baik!

Cobalah Anda cermati berita tentang aksi anti-Islam di salah satu negara di Eropa. Ada satu golongan ekstrimis yang menentang pembangunan masjid bagi komunitas muslim di sana. Mereka juga merencanakan konferensi Anti-Islam Internasional pada tahun ini.

Sungguh satu aksi "mencari mati" dan "konyol". Betapa tidak, mereka yang berideologi sekuler, melarang pembangunan tempat ibadah bagi kaum muslimin dengan semena-mena. Apalagi dalam situsnya (saya tidak menunjukkan alamat web kelompok ini agar ketertiban tetap terjaga) mereka menyatakan penolakannya secara terang-terangan. Na'udzubillah min Dzalik!!

Hal ini dapat menjadi perhatian khusus bagi umat Islam dan umat beragama lainnya di Indonesia. Betapa bahayanya perpecahan dalam masyarakat, dan mungkin saja perang akan terjadi karenanya.

Diharapkan agar seluruh umat beragama tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dalam menghadapi "kekonyolan kaum primitif".

Catatan:
Bacalah dengan bijak.
Seharusnya Puasa dapat menjadikan seseorang menjadi arif dalam mengatur konsumsinya sehari-hari. Seperti makan dan minum, konsumsi listrik, dan lain-lain. Tetapi kenyataannya justru berbalik, yaitu banyak orang yang memborong bahan kebutuhan pokok dan pengeluaran yang seharusnya tidak dilakukan.

Ramadhan bukanlah momen untuk berfoya-foya, melainkan cermin bagi kita untuk tetap berbagi pada sesama manusia. Rasulullah Saw. mengajarkan bahwa hidup sederhana itu penting. Lihatlah saudara-saudara kita yang berjuang dengan susah payah untuk mencari sesuap nasi, sedangkan kita sibuk dengan kepentingan sendiri dan membelanjakan harta tanpa berbagi dengan mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu tradisi masyarakat Indonesia menjelang lebaran ialah berbelanja kebutuhan hidup untuk hari raya (Idul Fitri) melebihi tingkat konsumsi sehari-hari, sebagai penghargaan atas hari raya dan membuatnya menjadi istimewa. Tidak salah, tapi haruslah dipahami dengan cermat. Idul fitri bukan sekedar memasak makanan dan minuman istimewa, memakai pakaian baru dan segala macam. Idul fitri bukan hanya shalat idul fitri dan saling memaafkan satu sama lain, tetapi juga menjadi acuan bagi setiap muslim agar menjalani hidup dengan lebih baik, lebih sabar dan tawakkal atas apa yang dikerjakan.

Kamis, 04 September 2008

Ramadhan, Berbagi Kehangatan

Marhaban ya Ramadhan...

Bulan ini adalah bulan di mana saya mulai kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama tahun ini. Jauh dari orang tua membuat saya harus hidup mandiri, meskipun biaya kuliah, makan, dan tempat tinggal (kos) masih ditanggung oleh ayah dan ibu. Tapi saya ingin meringankan beban oran tua dengan berlatih kedisiplinan dan giat belajar, dan Insya Allah saya akan mencoba mencari pekerjaan... ya, mungkin kerja paruh waktu di kota kembang ini.

Ramadhan, bulan penuh berkah bagi siapa saja yang menjalankan ibadah puasa, shalat malam, bahkan amal baik yang kecil sekalipun. Waktu yang tepat untuk berbagi antarsesama, tentunya berbagi kebaikan dan kebahagiaan. Saya membayangkan bagaimana fakir miskin duduk menunggu adzan Maghrib di salah satu lesehan (rumah makan atau warung nasi) bersama orang kaya.. Bagaimana senda gurau yang mereka nikmati di hadapan hidangan yang sama; tak berbeda satu sama lain. kemudian shalat berjamaah, baik fardhu maupun shalat tarawih dengan pakaian yang sederhana, dan mengakhirkan sahur dengan berbagi makanan dan minuman bersama...

Saya juga membayangkan bagaimana seorang presiden dapat duduk bersama rakyatnya, di tempat yang sama, tanpa ada protokoler apapun, dan beliau bersenda gurau dengan mereka tanpa ada halangan. Saat Maghrib tiba, makan pun tidak jauh berbeda dengan rakyatnya. Shalat berjamaah, tadarus bersama, dan sahur bersama.

Enrah kapan semua itu dapat terwujud, namun bila Allah memberikan kesempatan bagi saya untuk hidup,
saya ingin melihatnya.