Tua-tua keladi
Makin tua makin menjadi....
Mungkin kalimat di atas pantas dikenakan pada para operator seluler di Indonesia. Anda dapat melihatnya secara langsung ketika iklan televisi disajikan, terutama promosi dari sederet operator seluler. Mereka saling membanggakan produknya, tak jarang iklan yang disajikan begitu "kreatif", hingga menampilkan sosok hewan dan latar belakang lingkungan hidup (apakah itu sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup ataukah tujuan keuntungan semata?). Apa maksud darinya?
Saya belajar bahwa periklanan dilakukan dengan tujuan menarik minat para calon konsumen sehingga mereka (konsumen) dapat membeli produk tersebut (baik barang maupun jasa). Ini adalah penawaran tidak langsung (no face to face) antara produsen maupun konsumen. Lalu, mengapa operator seluler sampai membuat iklan "super kreatif"? Jawabannya: konsumen di Indonesia menghabiskan waktunya, salah satunya menonton televisi (banyak penelitian mengungkapkan fenomena seperti ini, bahkan masyarakat Indonesia masuk ke jajaran sepuluh negara yang paling gemar menonton televisi dalam program "Metro 10"). Televisi menjadi sasaran empuk untuk memasarkan produknya.
Saya tak habis pikir, dengan iklan seperti itu, perang logika pun terjadi. Ketika iklan tersebut menyatakan "gratis menelepon 24 jam", masyarakat mengira: itu gratis. Kemudian iklan lain menyatakan, "nelpon gak usah mikirin pulsa", berarti: murah! Kesimpulan dari saya (masih awam) bahwa operator merugi. Tapi, iklan terus ditayangkan...(sebenarnya operator merugi atau untung?)
Iklan tersebut dirasakan "membodohi" pikiran konsumen, bagaimana memilih suatu produk berdasarkan kebutuhan konsumen yang bersangkutan (ingat hukum penawaran, permintaan, dan keseimbangan pasar). Jika ada permintaan, pasti ada penawaran. Tetapi penawaran yang dipaksakan cenderung melemahkan permintaan. Contohnya krisis di AS (walaupun berbeda konteks, Anda dapat membandingkannya dengan topik ini), di mana penawaran begitu banyak, sedangkan permintaan cenderung turun dan terjadilah krisis!
Kompetisi? Mungkin itu salah satu alasan perang iklan dikumandangkan, namun hanya berkutat dalam perang harga, bukan kualitas. Anda lihat tarif operator yang dinamis, hingga promo yang bertebaran di mana-mana, dan laris manis diserbu konsumen. Tetapi kualitasnya masih diragukan. Bilamana tingkat konsumsi meningkat, maka kualitas produk harus dijaga dengan baik. Sayangnya, operator kurang memperhatikan kepuasan pelanggan, dengan banyaknya keluhan dari sana-sini (lihat surat pembaca di setiap koran, minimal ada satu kasus).
Saya menyarankan masyarakat tetap berhati-hati dalam memilih produk, sesuai kebutuhan, dan jangan lupa untuk berhemat.
Catatan: Tulisan ini didasarkan pada pengamatan penulis terhadap perkembangan periklanan televisi. Anda dapat memberikan saran, kritik, pendapat, bantahan, atau apapun (dengan memperhatikan norma yang berlaku untuk menuliskannya dalam topik maupun blog ini) langsung kepada penulis melalui blog ini. Terima Kasih ^_^
Minggu, 15 Februari 2009
Kamis, 12 Februari 2009
Jalan Rusak? Segera Perbaiki!
Lihat Kompas edisi Rabu, 11 Februari 2009 (http://regional.kompas.com/read/xml/2009/02/11/03564023/harapan.kandas.di.jalan.lintas) dan edisi Senin, 9 Februari 2009 (http://regional.kompas.com/read/xml/2009/02/09/04065430/kuala.lumpur.xpres.jurusan.kubangan). Jalan TransKalimantan mengalami kerusakan dan terus dibiarkan hingga kini. Masyarakat sulit melewatinya, meskipun ada segelintir orang (terutama pedagang lintas kalimantan yang menyuplai kebutuhan masyarakat TransKalimantan)dan akhirnya banyak pihak yang dirugikan.
Pada dasarnya jalan adalah tanggung jawab pemerintah, dan pasti membutuhkan dana yang cukup besar. Dari mana? pajak yang disetorkan masyarakat dan pendapatan pemerintah lainnya adalah sumber pembiayaan utama untuk itu. Lalu, ke manakah dana tersebut mengalir?
"Pekerjaan Rumah" ini seharusnya diselesaikan dengan cepat dan tepat. Jangan mengulur waktu, karena masyarakat pasti memberikan "nilai merah" pada rapor kinerja pemerintah sekarang.
Pada dasarnya jalan adalah tanggung jawab pemerintah, dan pasti membutuhkan dana yang cukup besar. Dari mana? pajak yang disetorkan masyarakat dan pendapatan pemerintah lainnya adalah sumber pembiayaan utama untuk itu. Lalu, ke manakah dana tersebut mengalir?
"Pekerjaan Rumah" ini seharusnya diselesaikan dengan cepat dan tepat. Jangan mengulur waktu, karena masyarakat pasti memberikan "nilai merah" pada rapor kinerja pemerintah sekarang.
Selasa, 03 Februari 2009
Curhat
Sebenarnya saya tidak ingin menceritakan masalah ini.. ya, namanya musibah..
Saya mendapat kiriman dari orang tua saya untuk biaya hidup di Bandung. Saya tidak tahu bahwa ada berita layanan transfer dan ATM salah satu bank (kebetulan saya membuka rekening di sana) terhenti hingga kini, karena "katanya" sistem di kantor pusat terganggu akibat musibah kebakaran. Otomatis uang yang dikirim, ternyata mandek di kantor wilayah kampung halaman saya, dan untuk sementara saya harus meminjam dari teman satu kampus hanya untuk makan!
Saya berpikir, jika ada seorang atau banyak orang yang bernasib sama dengan saya, bagaimana ia menjalani hari esok? Apalagi orang2 yang sangat membutuhkan dana dari simpanan atau kiriman keluarganya dengan keperluan yang sangat mendesak.
Saya berharap pihak bank dapat menyelesaikan masalah ini secepatnya, karena hingga saat ini saya belum dapat mengambil dana kiriman dari orang tua saya.
Saya mendapat kiriman dari orang tua saya untuk biaya hidup di Bandung. Saya tidak tahu bahwa ada berita layanan transfer dan ATM salah satu bank (kebetulan saya membuka rekening di sana) terhenti hingga kini, karena "katanya" sistem di kantor pusat terganggu akibat musibah kebakaran. Otomatis uang yang dikirim, ternyata mandek di kantor wilayah kampung halaman saya, dan untuk sementara saya harus meminjam dari teman satu kampus hanya untuk makan!
Saya berpikir, jika ada seorang atau banyak orang yang bernasib sama dengan saya, bagaimana ia menjalani hari esok? Apalagi orang2 yang sangat membutuhkan dana dari simpanan atau kiriman keluarganya dengan keperluan yang sangat mendesak.
Saya berharap pihak bank dapat menyelesaikan masalah ini secepatnya, karena hingga saat ini saya belum dapat mengambil dana kiriman dari orang tua saya.
Langganan:
Postingan (Atom)