Selasa, 09 Desember 2008

Idul Adha

Setiap peringatan Idul Adha digelar, sejumlah besar Masjid dan lembaga keagamaan (Islam )lainnya mengadakan penyembelihan hewan kurban untuk para mustahik. Namun, tetap saja ada satu-dua penyimpangan di dalamnya. Kericuhan pada saat distribusi kantung-kantung berisi daging sembelihan kepada masyarakat menjadi pemandangan sehari-hari, namun tetap dirasa aneh dan miris, kenapa mereka berebut jatah daging yang sudah ditakar dan disediakan? Kemudian barisan pengantre kaum mustahik (saya juga menduga di antara mereka ada satu-dua bahkan lebih oknum, baik orang mampu maupun preman) mencerminkan kemiskinan masih merajai setiap lini kehidupan masyarakat. Miskin harta, miskin ilmu, maupun miskin nurani.

Agalagi banyak di antara penerima daging kurban menjualnya kembali untuk mendapatkan uang. Alasannya mereka akan menggunakan uang tersebut untuk membeli kebutuhan pokok. saya kecewa, dengan hal demikian maka mereka (penjual daging kurban) tidak menghargai hasil jerih payah para muzakki dan amil penyembelihan hewan kurban. Mengapa? daging tersebut disembelih untuk dikonsumsi oleh mustahik yang membutuhkan, bukan untuk dijual kembali. Mereka sudah mendapatkan BLT (bantuan langsung tunai)untuk mendukung kehidupannya, lalu?

Perlu direnungkan, bahwa Idul Adha tidak hanya sebagai peringatan dan penyembelihan hewan kurban semata, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur atas rizki yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.